Kuperkosa Pak Har

 

CERITA SEX GAY ,,,,
Namaku Andre, umur 18 tahun dan aku masih kelas 3 SMA sampai akhir tahun ajaran ini. Aku dari keluarga yang berkecukupan dan tinggal di sebuah kawasan perumahan yang lumayan mewah di daerah Bekasi Timur. Jujur saja aku pencinta sesama jenis, apalagi dengan pria setengah tua alias berumur. Kenapa? karena aku yakin “Dia” sudah berpengalaman dan punya kesan tersendiri buatku. Kadang aku agak nekat untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginanku seperti yang akan kuceritakan saat ini.

Di sebuah daerah sebut saja kampung “X” dimana aku tiap 3 hari sekali kursus bahasa Inggris di situ, ada sebuah klub bulu tangkis. Kalau tidak salah “Bina Sehat Badminton Club” namanya. Tiap pulang kursus kulihat banyak bapak-bapak latihan badminton hingga jam 9 malam. Dari luar gedung tampak olehku sebagian bapak-bapak yang latihan bertelanjang dada dengan keringat yang membasahi badan mereka, berlari mengejar shuttlecock yang terbang kesana kemari. Keringat yang tersapu cahaya membuat badan setengah tua mereka menjadi mengkilat, membuatku selalu menatap ke dalam gedung.

Pernah sekitar jam setengah sepuluhan saat serombongan bapak yang hendak pulang mulai berjalan ke mobilnya, kulihat seorang bapak yang dapat membuatku begitu tertarik akan penampilannya, berjalan ke arah Opel Blazer hitam dengan handuk yang masih melingkar di leher tanpa kaus olah raganya dan hanya bercelana pendek dan bersepatu. Tergambar jelas dadanya yang masih kencang agak bidang dengan perut yang masih rata dan bentuk pahanya yang atletis. Kakinya tertutup oleh rambut-rambut kaki yang tumbuh menjalar hingga tertutup celana pendek warna putihnya. Tak henti-hentinya kuperhatikan bapak itu. Aku mencari alasan untuk bisa mendekatinya. Ahaa.. aku dapat ide.

“Maaf Pak, Bapak anggota di sini? kalau mau jadi anggota mesti daftar ke mana ya, Pak?”pertanyaan itu begitu mudahnya muncul dalam pikiranku.
“Iya Dek saya anggota. Kalo Adek mau, coba saja dengan Pak Sutaryo yang masih ada di dalam,” balasnya seraya menunjuk seoarang bapak yang sedang merapikan net.
Saat kutatap badannya, okh.. tangannya, bulu ketiaknya yang lebat dan kedua putingnya begitu menggodaku. Aroma badan serta keringat yang baru disekanya benar-benar maskulin. Aku pun sudahngaceng dibuatnya. Sesaat kemudian dia berlalu meninggalkan pelataran gedung.

Minggu kedua bulan ini aku sudah terdaftar sebagai anggota di klub itu. Aku mempunyai banyak kenalan bapak-bapak dari tempat itu. Ternyata masih banyak bapak-bapak berpenampilan menarik selain Pak Anto yang iseng-iseng kuajak ngobrol tempo hari, dan otomatis aku pun mulai terlibat dalam obrolan-obrolan kelas bapak-bapak yang rada-rada menjurus ke hal-hal berbau seks.

Saat latihan, tak pernah kusia-siakan pemandangan indah badan bapak-bapak temanku itu. Pak Agus memiliki badan agak gemuk dengan kumis tebal, bulu dada dan puting coklat tua yang menarik. Kulitnya sawo matang. Pak Pur (Purnomo) berbadan lebih langsing dengan tubuh yang dipenuhi bulu-bulu tipis, tegap dan selalu bertelanjang dada kala latihan. Pak Anto juga punya badan bagus seperti yang sudah kuceritakan. Tapi ada satu lagi bapak yang paling menyita perhatianku, Pak Haryo biasa dipanggil Pak Har. Diantara bapak-bapak yang ada, dialah yang berbadan paling ideal, berkulit kuning dengan bekas cukuran jambang yang kebiruan di lehernya, berbadan besar, berdada bidang dengan sixpack yang hampir jelas serta puting susu kemerahan. Pak Har juga sedikit berbulu di bagian perut, dada, paha dan kedua betisnya. Sangat merangsang. Gerakannya pun gesit. Umurnya sekitar 48 tahun dan dia mempunyai 3 orang anak.

Malam itu kupancing dia bertanding denganku dengan tujuan agar dia bisa pulang belakangan. Dentang jam 9 terdengar dan gedung pun hampir sepi orang latihan, tinggal Pak Taryo si penjaga gedung, aku dan Pak Har yang masih beradu raket.

“Udah berapa-berapa Pak Har?” tanya Pak Taryo seraya melipat net dari lapangan satunya.
“13-9 nih Pak,” jawabku.
“Biar ini nanti saya yang beresin Pak, Pak Tar bisa ke gardu satpam lagi.. habis lagi tanggung sih..” kataku.
Pak Tar mengangguk dan belalu meninggalkan kami.

Tak berapa lama aku dan Pak Har pun selesai, lalu kulipat net dan kutaruh di tempatnya.
“Ndre, Pak Har mau ganti baju dulu ya. Kamu kemasi net dan shuttlecocknya.” kata Pak Har.
Aku hanya mengangguk dan buru-buru merapikannya dan bergegas menyusul Pak Har. Di ruang ganti kulihat Pak Har melepaskan kausnya, badan yang begitu indah kembali membuatku terangsang. Diam-diam kuperhatikan dia dari balik locker. “Okh.. Pak Har,” batinku. Aku turut melepasseluruh yang kukenakan. Kemaluanku menegang dan mulai kukocok. Pemandangan indah bertambah manakala Pak Har mulai melepas celana dan melorotkan CD putihnya. Bulu-bulu paha dan perutnya menyatu pada kedua selangkangannya.

Batang kemaluannya lumayan besar. Itupun masih tidur. Dilapnya seluuh bagian badannya, kemudianmasuk ke kamar mandi. Aku hapal betul kalau kunci kamar mandi itu rusak. Terdengar siraman air beberapa kali. Karena terlalu terangsang, pikiranku kacau. Aku nekat masuk dan Pak Har kaget dengan apa yang kulakukan. Tanganku langsung memegang kemaluannya dan mulai mengemot kemaluan itu berulang-ulang. Kusedot dalam-dalam dan lidahku menjelajahi seluruh permukaannya. Pak Har begitu kaget dan mencoba berontak dengan mendorong kepalaku tapi tak kupedulikan itu. Sedotanku dan lidahku semakin menjadi. Dia mulai tenang, aku percaya dia mulai hanyut.

“Akh.. hmm..” erangannya, terdengar bibirnya digigit dan tangannya mulai membimbingku memajumundurkan goyangan kepalaku. Aku semakin terangsang. Kurasakan urat-urat yang tegang di permukaan kemaluan Pak Har yang sudah bengkak. “Pop.. pop..” suara rongga mulut yang bergesekan. Kuhentikan serangan mulutku dan mulai kukocok kemaluan Pak Har. Aku bangkit dari posisi jongkokku dan kujilati perut Pak Har, kemudian kedua putingnya. Kugigit sesekali dan dia menggelinjang keenakan. Kemudian dia meraih bibirku dengan mulutnya dan kami saling melumat.

Kami keluar dan menuju sederet papan bangku di depan locker. Pak Har duduk di sana dan kembali kukocok kemaluannya dengan mulutku. Tanganku memelintir putingnya, dan Pak Har terus menggoyangkan kepalaku. Sesekali kukocok juga dengan genggaman tanganku yang keras. Kedua buah zakarnya tak pelak kunikmati, kujilati dan kukulum hingga terbenam dalam mulutku. Kudengar nafasnya semakin memburu. “Aakh.. okh.. yaa.. hmm..” matanya merem melek menikmati seranganku. Semakin cepat kugoyangkan kepalaku. “Ndre.. Bapak mau keluar..” desahnya. Aku semakin semangat menyedot kemaluan besar Pak Har. “Aakh.. akhg..” dan, “Croot.. croot.. crot..”

Badan Pak Har yang kembali berkeringat, mengejang seraya menyemprotkan cairan maninya dalam mulutku berulang-ulang. Terus saja kuemot meski kemaluan Pak Har mulai melemas. Kutelan spermanya hingga tak bersisa dan kutelusuri perut dan dada Pak Har dengan lidahku. Dia sudah lemas sekarang karena kemaluannya kuemut lama-lama.

Kini giliranku mengocok kemaluanku. Tak begitu lama karena aku dalam puncaknya. Lalu, “Croot.. croott..” kumuntahkan spemaku ke arah dada Pak Har dan kujilati sisa cipratan-cipratansperma di dada Pak Har. Badanku pun melemas. Setelah itu dia mohon maaf karena tak mampu menahan dirinya tapi kukatakann itu bukan salahnya karena aku yang menginginkan kejadian seperti itu. Dia melarangku untuk menceritakannya pada siapa pun, biarlah ini menjadi rahasia kita katanya. Lalu dia pergi mandi, membersihkan badannya yang lengket. Aku pun mandi di kamar mandi sebelahnya. Aku benar-benar menikmatinya. Pikiran nakalku muncul. Pak Har itu baru permulaan, tunggu saja yang berikutnya.

Kami pulang sendiri-sendiri sekitar pukul setengah sebelas dan aku masih tak bisa tidur hingga pagi karena terus memikirkannya. “Okh Pak Har..fuck my ass..”

Itulah kejadian yang paling kusuka bulan ini, dan aku akan melakukan yang lebih gila dari ini.,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Tamat

 

Related posts