Memek SPG diler motor Seksi dan nikmat membawa malu saat ketauan masturbasi di toilet

SLOT GACOR SLOT GACOR

– Cerita bokep ini adalah cerita mesum hot pada kala itu.. Siang yang cukup terik saat itu mendadang gelap dengan sedikit gemuruh petir di langit, Seperti yang sudah diperkirakan, Selang beberapa lama hujan deras pun turun. Aku yang masih berkendara diatas motor menuju rumah pun bergegas mencari tempat berteduh. Hujan semakin lebat, untungnya tidak jauh dari sana terdapat dealer motor kecil yang bisa digunakan untuk berteduh. Segera aku parkirkan motorku di depan dealer dan menunggu hujan reda. Di dealer motor yang ukurannya tidak terlalu besar itu, ada 1 orang sales, wanita, masih muda dan cantik. Dia memberikan senyum manis saat aku tidak sengaja melihat-lihat ke dalam dealer. Tidak lama, wanita tersebut keluar dengan membawa bangku kecil dari plastik berwarna merah lalu memberikannya kepadaku. “Sini dong mas duduk dulu sambil nunggu hujanya reda. Daripada pegal berdiri terus…” Ujarnya sambil memberikan bangku. “Eh, gak usah mbak, Tidak apa apa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati. Dia hanya tersenyum, “Gapapa mas, itung-itung saya ada temennya. Dari pagi sendiri terus soalnya.” Dari percakapan singkat tersebut, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan. Gadis muda cantik yang sendiri dari pagi di dealer motor kecil itu bernama Niken. Sudah satu jam kami ngobrol hingga hujan pun berhenti. Sebelum pulang, aku meminta kartu namanya. Sesampainya di rumah, aku pun melanjutkan obrolan dengan Niken melalui pesan singkat BBM. Meski baru bertemu dan belum lama kenal, tapi aku sudah nyambung untuk ngobrol banyak dengan Niken.

Ditambah responnya yang baik untuk setiap pertanyaanku membuatku betah berlama-lama mengobrol dengan Niken. Kedekatanku dengan Niken yang hanya sebatas BBM-an pun semakin baik. Aku pun memberanikan untuk mengajaknya bertemu sekedar makan malam atau ngobrol-ngobrol lagi seperti pertama aku bertemu dengannya di dealer motor tersebut. Niken pun menyetujui permintaanku dengan syarat harus mau menunggunya pulang kerja yaitu sekitar pukul 7 malam. Aku menyanggupi permintaannya dan berjanji akan menjemputnya di tempat kerjanya begitu ia selesai kerja. Hari yang sudah dijanjikan pun tiba, aku yang baru saja selesai bersiap-siap dikosan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Niken. Segera ku naikan motor bebekku dan meluncur menuju tempat Niken bekerja. Begitu sampai disana, kulihat Niken sedang duduk manis ditempat aku numpang berteduh waktu itu, ditemani salah satu temannya yang juga sedang menunggu dijemput. Melihatku yang sudah tiba, Niken langsung beranjak sambil berpamitan dan menghampiriku. “Halooo, kirain gak jadi jalannya hehehe…” “Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku. “Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku. Kami berdua pun langsung meluncur ke salah satu Mall yang ada dikota kami untuk mencari tempat makan. photomemek.com Jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor Niken tersebut. Sesampainya disana kami langsung menuju restoran yang sudah kami tentukan dan memesan makanan. Obrolan dengan Niken tetap menyenangkan seperti pertama kali kita bertemu. Aku tidak bosan-bosannya mendengarkan cerita Niken tentang teman, atau pekerjaannya. Aku sendiri tidak banyak berbicara karena aku memang tipe orang yang pendiam. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Niken pun mengajakku pulang karena hari sudah malam. Aku mengiyakan dan segera menuju ke tempat parkir. Aku juga mengantarkan Niken pulang ke rumahnya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari letak kosanku.

Rumah Niken yang kecil dan asri terlihat sepi, sesampainya di depan pagar rumah, Niken memintaku untuk singgah sebentar sekedar menghilangkan letih karena sudah mau mengantarkannya pulang. Aku menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya. “Silakan duduk, Mas. Anggap saja rumah sendiri ya…” Ujar Niken sambil memersilakan aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya. “Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang. Pantatnya yang cukup besar tercetak dengan jelas dibalik celana kerjanya yang berwarna hitam. Belum lagi kemeja putih lengan pendek cukup ketat yang digunakannya membuat tubuhnya tampak semakin seksi dan akupun mulai berpikiran kotor untuk bisa menikmati tubuh Niken. Entah setan apa yang merasuki diriku, aku pun mengikuti Niken yang sedang berganti baju di kamar. Pintu kamarnya tidak tertutup dengan rapat sehingga aku bisa membukanya tanpa bersuara. Kulihat Niken sedang mencari pakaian di lemari dengan posisi memunggungiku. Aku pun mendekatinya dan memeluk Niken dari belakang. Niken pun kaget dan sempat berteriak, namun teriakannya tidak lama karena ia melihat aku lah yang memeluknya dari belakang. Dengan cepat aku remas payudara Niken yang cukup besar dengan posisi memeluk dari belakang, sambil mulutku mengincar leher Niken yang cukup jenjang. “Uhhhh, Masss! Jangan massssss, jangannnn….” Desah Niken menerima perlakuanku. Anehnya tidak ada banyak perlawanan dari Niken, hanya rintihan dan desahan yang justru membuat aku semakin bernafsu. Aku semakin berani dgn memasukan tanganku ke dalam pakaian Niken. Ku angkat bra Niken agar remasan ku di payudaranya semakin mudah. Niken merintih semakin jadi, rangsangan dariku sepertinya berpengaruh banyak pada libido Niken yang terlihat dari nafasnya yang semakin berat.

“Uhhh, Masss…..” Aku yang sudah terangsang dari tadi,mengangkat pakaian Niken dan membalikan posisinya agar menghadap ke arahku. Segera ku lumat bibir tipisnya yang merah sambil menjulurkan lidahku masuk ke dalam mulutku. Dengan penuh nafsu, Niken membalas ciumanku dan mengigit gigit lidahku sesekali. Nafasnya terasa lebih berat diwajahku. Matanya terpejam menikmati ciuman dan remasan tanganku di payudaranya. Masih dgn posisi berdiri, aku pun menarik tangan Niken dan mengarahkannya ke celana ku. Batang kemaluanku sudah cukup keras dan aku ingin Niken yang memuaskannya lebih jauh. Niken pun mengerti apa yang aku mau. Ia segera membuka celana ku dengan bibirnya yang tak mau lepas dari bibirku. Celana ku terbuka, batang kemaluanku yang sudah mengeras dari tadi pun keluar dari tempat persembunyiannya. Niken mengusap-usap perlahan dengan tangannya. Aku merem melek karena keenakan. Kali ini aku gantian membuka celana Niken. Ku masukan terlebih dahulu tanganku ke dalam celananya. Ku rasakan sudah begitu basah lipatan vagina di balik celana dalamnya. Aku memainkan vaginanya sedikit dengan jariku yang membuat Niken tampak kegelian, menggelinjang namun menyukai apa yang aku lakukan. Film Semi “Masssss, di kasur dong Masss, jangan disinii…” Pinta Niken lirih. Aku pun mengangguk sambil menarik Niken ke ranjangnya yang tidak terlalu besar namun cukup untuk pergumulan kami berdua. Aku yang berbaring terlebih dahulu pun memberikan isyarat kepada Niken untuk menghisap batang kemaluanku. Niken hanya tersenyum sambil meraih batang kemaluanku dan mengocoknya pelan. Dengan perlahan, Niken memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan kencang. Hal ini tentu membuatku merasa geli, namun nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. “Hhhhh, enak sayang, terus kayak gitu, hhhhh…” Erangku pelan. Aku pun menikmati hisapan Niken dibatang kemaluanku sambil meremas payudara Niken. Sekitar 10 menit Niken sibuk menyantap kemaluanku dengan ganasnya. Kali ini giliran ku untuk memuaskan Niken.

Aku arahkan ia agar berbaring di kasur. Aku pun memulai dengan menciumi ke dua payudaranya, putingnya yang sudah mengeras kini semakin keras dan merekah. Aku menurunkan ciumanku ke perutnya yang tampak rata. Secara perlahan, ciuman terus menurun sampai akhirnya tiba di vaginanya yang sudah basah, merah dan merekah itu. Aku jilat bibir vaginanya, ku mainkan klitorisnya dengan lidah. Niken pun menggelinjang keenakan. “Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh, masssssssssss enaaakkkkkk massssss….” begitu desahnya saat aku memasukan ke dua jariku ke dalam vagina Niken dengan lidah dan bibirku yang tidak ingin lepas dari aroma vaginanya yang sungguh membuat birahi semakin meninggi. Niken meremas dan menarik rambutku dengan gemas karena kenikmatan yang ia rasakan. Sekitar 5 menit aku memberikan pelayanan terbaikku di vagina Niken, ia menekan kepalaku agar semakin dalam di vaginanya dan berteriak keras. “AAAARGGGGGGHHHH, AKU KELUAR ARGGHH MASSSSS!” Terasa beberapa semprotan cairan kenikmatan dari vagina Niken menyembur keluar dan langsung ku lahap sambil habis. Terlihat Niken sudah penuh keringat dengan mulut terbuka untuk mencari nafas dan berusaha menikmati momen terbaik yang baru saja ia rasakan. Aku yang masih dilanda birahi tinggi pun segera naik ke atas Niken dan bermaksud untuk menggenjot vagina Niken dengan batang kemaluanku yang semakin keras ini. “Mas, ada kondom gak?” Tanya Niken lirih. Aku terdiam sambil mengingat-ingat kondom yang biasa aku bawa dan aku simpan di dompet. Aku pun bangun dari ranjang dan meraih celana ku yang tergeletak di lantai. Ku cari dompetku yang ada di saku belakang. Untungnya dua buah kondom masih tersimpan dengan baik, aku cek tanggal kadaluarsanya yang masih lama itu.

Niken membubuhkan senyum manisnya begitu aku memegang kondom. Segera ku buka kondom dengan bungkus warna merah tersebut, ku keluarkan dan ku pasangkan dengan cepat ke penisku. Birahi yang sudah makin tak tertahankan dengan segera membuat penisku sudah berada didepan vagina Niken. Ku gesekkan perlahan penisku yang berbalut kondom tipis tersebut sehingga Niken menggelinjang menahan nikmat. “Masssss, masukin massss….” Desah Niken yang awalnya ku kira akan menolak persetubuhan ini, namun sebaliknya, ia yang terlihat paling menikmatinya. putri77.com Perlahan aku masukan penisku ke dalam vagina Niken. Begitu masuk setengah, aku keluarkan lagi. Kemudian ku masukan lagi pelan-pelan, sengaja aku lakukan seperti itu agar vagina Niken semakin terangsang dan ia bisa orgasme lebih cepat. Ku genjot perlahan vagina Niken. Penisku keluar masuk dengan irama pelan. Niken tidak bersuara, hanya mulutnya yang terbuka dengan mata terpejam. Sungguh pemandangan yang begitu sedap dipandang berlama-lama. Sepuluh menit sudah ku genjot vagina Niken sambil sesekali ku hisap dan ku remas payudaranya yang bergoyang seirama kocokan penisku. Niken mendesah, erangannya menunjukan ia akan segera orgasme sebentar lagi. “Uhhh, Massssss… Terus masssssss… Aaaahhh, masss, Nikmat masssss…..” Desah Niken sambil melilitkan kakinya di pinggangku agar penis ku tertancap semakin dalam di vaginanya. Ku percepat genjotanku di vagina Niken, kedutan yang dibuat vagina Niken semakin terasa dan menambah kenikmatan, ditambah kondom yang tipis ini memberikan sensasi yang sungguh luar biasa di penisku ini. “Aaaaah, masss, aku mau keluar lagi, massss… Ahhhhh…” Aku pun semakin liar menggenjot Niken. Meski begitu, aku belum merasakan ingin mencapai klimaks. Aku kali ini hanya ingin mengejar Niken untuk orgasme lagi yang ke dua kalinya. “MASSS… AKU KELUAR AAAHHHH MASSSSSS…” Niken meraih punggungku dan mendekapku begitu kencang seiring dengan orgasmenya yang meledak ledak di dalam vaginanya. Penisku terasa semakin terjepit oleh vagina Niken yang berkedut keras. Sungguh nikmat tiada tara. Begitu orgasmenya selesai, dekapan Niken pun melemas. Kini aku bisa bangun dan melanjutkan pekerjaan ku untuk menggarap vagina Niken. Apalagi penisku yang masih belum sampai ke puncaknya, membuatku ingin segera menikmati vagina Niken yang sungguh luar biasa.

Tanpa memedulikan Niken yang terbaring lemas. Aku kembali mengocok penisku keluar masuk vagina Niken. Niken tampak tak kuasa menahan birahiku yang sudah tinggi. Ia hanya mengerang begitu vaginanya mendapat serangan yang sama dari penis yang haus kenikmatan ini. “Hhhhh, massss… uhhhhh….” hanya itu yang keluar dari mulut Niken saat penisku kembali tertancap di vaginanya. Niken yang tadi lemas, terlihat kembali bersemangan dan bernafsu mendapati penisku memenuhi vaginanya. Ku genjot vagina Niken, kali ini dengan cepat dan aku berfokus pada nikmat yang aku rasakan agar aku bisa segera orgasme. Dan benar saja, tidak sampai lima menit aku keluar masukan penis ku dari vagina Niken, aku merasakan ada dorongan yang luar biasa dari dalam penisku. “Hhhh, aku mau keluar sebentar lagi, sayangggg…” bisikku pada Niken, masih sambil mengenjotnya. Niken hanya menganggukan kepala. Aku semakin percepat genjotanku sampai… “Aaaaargggg!!” dan crot crottt keluarlah semua sperma yang sudah tertahan lama di kantung kemihku. Rupanya, begitu aku orgasme, Niken mengalami orgasme juga untuk yang ketiga kalinya. “Aaargh, nikmat sekali sayang! Penis kamu nikmat sekaliiiii!” Teriak Niken begitu ia mencapai orgasmenya yang ketiga. Setelah itu, aku pun berbaring di samping Niken untuk merasakan sisa sisa kenikmatan dari pergumulan barusan. Tubuh kami sudah sama- sama bercucuran keringat. Tidak lama Niken tertidur pulas, mungkin karena kecapekan. Aku pun merapihkan pakaian dan membersihkan diri lalu segera pulang ke kosan meski waktu sudah menunjukan pukul 2 malam. Meski pengalaman sex kami berdua begitu nikmat, tapi setelah kejadian itu Niken tidak membalas pesan dan telepon ku lagi. Bahkan waktu aku mendatangi kantornya, temannya berkata bahwa Niken sudah pindah dan tidak lagi bekerja di tempat itu. Entah kemana Niken pergi, terkadang aku merindukannya, merindukan berbicara dengannya, juga tidur bersamanya.

Aku meraba klitorisku dgn jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup mataqu, Cepat sekali kemaluanqu sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku semakin menebarkan rasa nikmat. Sesekali aqu tekan lebih keras, badanku rasanya tak sanggup menopang badanku, lututku bergetar lemas tak kuat menopang badanku. Oh ya, keasikan neh, perkenalkan namaqu Diana, 26 tahun, masih single, aqu bekerja sebagai seorang Guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan lelaki pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tak dapat kubendung, apalagi semenjak aqu jomblo hampir setahun ini. Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aqu tak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku. Balik ke cerita tadi… Sangkin nikmatnya masturbasi di kamar mandi sekolah, aqu sampai tak menyadari kalau pintu kamar mandi walau kututup tapi tak kukunci. Aqu semakin tak peduli, yg kutahu aqu harus memuaskan birahiku yg sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, walau terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku. “sshh..emhhh”, desisan kecil sesekali kelaur dari bibir tipisku. Aqu membaygkan bercinta dgn pak Lukman, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja, pak Lukman sungguh tampan dan badannya yg sangat kekar, tadi siang aqu memperhatikannya yg sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belom lagi ada tonjolan yg menggelembung di antara pahanya. Terus terbayg-bayg, aqu jadi ga kaut lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di kamar mandi sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi.

Aqu membaygkan bercinta dgn pak Lukman di kamar mandi ini, dia memompa kemaluannya yg besar di kemaluanqu dari arah belakang, badannya mendorong badanku sehingga aqu terpaksa menahan badanku di tembok kamar mandi dan sedikit menungging. Aqu mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yg lain membelai klitorisku dari depan. ‘uuuh pak Lukman’, desisku pelan. aqu terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku. Tak lama aqu merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, tetapi tiba-tiba, ‘braaak’, pintu kamar mandi tiba tiba terbuka. ‘bu Diana’, kata orang yg berdiri di depan pintu kamar mandi dgn mata yg tak berkedip sedikitpun melihatku. Aqu tersentak kaget, ‘pak Mukidi ehhhh…’, kataqu kaget ketika melihat pak Mukidi, cleaning service sekolah yg umurnya sekitar 40 tahun. Sangkin kagetnya dan tak tau berbuat apa aqu jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya, tetapi tanganku masih berada diantara selangkanganku, aqu begitu kaget sampai lupa menarik tanganku. ‘pak Mukidii keluar’, kataqu dgn suara pelan. Wajahku pucat sangkin taqut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar kamar mandi dan menguncinya. ‘ngapain pak… keluar,’ perintahku dgn tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yg tadinya tersingkap sampai ke pinggul. ‘Bu Diana’, kata Mukidi sambil mendekatiku dan mendekap badanku. Aqu bertambah kaget, tapi aqu tdak berani berteriak, aqu taqut ada orang yg mengetahui kalau aqu masturbasi di kamar mandi sekolah.

‘jangaan pak’, kataqu berusaha melepaskan dekapannya, kugeser badanku untuk melepaskan diri dari dekapannya, tetapi dia tetap mendekapku sampai aqu menabrak dinding. ‘jangan paak’, kataqu taqut, dia tak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku, ‘jangaaan’, kataqu lagi. Melihat Mukidi yg begitu beringas dgn nafas mendengus dengaus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaqu. Aqu menyadari kalau aqu terjebak, aqu berusaha melawan, dgn sekuat tenaga aqu dorong badannya, berhasil, dia terjatuh di lantai kamar mandi. Aqu langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, tetapi ketika aqu mencoba membuka grendel pintu kamar mandi. Tanganku tertahan oleh tangan Mukidi yg kekar, ‘lepaskan’, kataqu, tetapi Mukidi yg sudah kesetanan itu tak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang badanku dgn paksa, tangannya yg lain menahan tangan kiriku didinding. Aqu terjebak, tenaganya kuat sekali, badanku seperti terkunci dan tak bisa bergerak, ‘pak Mukidi jangan…sakit..lepaskan’, kataqu memohon dgn suara memelas. ‘bu Diana… biarkan aqu…’, katanya didekat telingaqu, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaqu. “ahhh lepaskan’, aqu memohon lagi begitu mengetahui badan kekarnya menekan badanku kedinding. Aqu sangat taqut, ketika merasa ada benda yg keras kenyal menabrak bokongku. ‘ahh kemaluannya udah tegang, dia akan memperkosaqu’, jerit batinku Aqu semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yg menahan kedua tanganku. ‘sebaiknya bu Diana jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau ibu Diana masturbasi di kamar mandi’, katanya mengancam, aqu mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aqu dikenal sebagai wanita anggun yg berkarisma. Aqu menghentikan perlawananku…berpikir sejenak. Kesempatan itu tak disia siakannya, tangan kananku diletakkan keatas merapat didinding bersatu dgn tangan kiriku, dgn tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.

‘jangan paak, kumohhhon jangaan’, aqu memelas kepadanya. Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaqu, dia memeras buah dadaqu keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aqu taqut malah ada yg dengar. “aahh bu Diana..buah dada bu Diana gede banget emmhh’, kata-kata kotor yg memuji keindahan badanku keluar dari mulutnya.Kurang puas meraba buah dadaqu yg masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaqu keatas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yg kasar mulai terasa meraba raba perutku, ‘ammpuun pak lepaskan’, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaqu. ’emmh bu Diana, gede banget toket bu Diana”, katanya lagi dgn berbisik dari belakang, dengusan nafasnya yg berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aqu bisa merasakan kemaluannya sudah sangat keras sekali menabrak nabrak bokongku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin menyebadaniku. ‘Bu Diana ijinkan saya menyetubuhi bu Diana’, bisiknya pelan sambil menarik rokku keatas. Aqu kaget mendengarnya, tetapi tenagaqu tak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya. ‘Pak..jangan jangan kasihani aqu’, kataqu memelas. Sepertinya apapun yg kukatakan tak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tak kurasakan tangan kanannya meraba raba badanku. Penasaran apa yg dilaqukannya. aqu menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya.. ‘oooh jangan pak’, aqu panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kemaluannya, walau tak begitu jelas aqu bisa melihat kemaluannya yg besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya. Belom hilang rasa kagetku, Mukidi menekan badanku merapat kedinding, aqu merasakan benda kenyal dan keras mengesek dan menabrak bokongku.

‘Aduuh bokong bu Diana montok banget’, katanya meremas remas bokongku. Aqu terkaget, aqu baru teringat jika ketika masturbasi tadi aqu melepas celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu kamar mandi. ‘Gawat neh’, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dgn mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi kemaluanqu udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi, aqu menjadi panik kembali, aqu taqut membaygkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aqu pasrah, rasanya tak mungkin lepas, kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek gesek belahan kemaluanqu yg licin seperti mencari cari sasaran. Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang kemaluanqu setelah mendapatkan sasaran tembak, kemaluan Mukidi sudah berada tepat di depan mulut kemaluanqu, aqu sungguh tak berdaya. ‘Pak Mukidi ampun pak’, kataqu memohon lagi menyadari dalam hitungan detik kemaluannya akan segera masuk kedalam badanku ‘Bu Diana udah lama saya pengen giniin bu Diana, bu Diana seksi banget’, katanya, dan tiba tiba kurasakan kemaluannya mulai masuk, aqu panik mencoba melawan sengan sisa sisa harapanku, bukannya terlepas tapi malah karena gerakan badanku kemaluan itu malah terbenam masuk ke dalam lubang kemaluanqu, ‘aaaah tidaaak’, pekikku dalam hati ketika kurasakan kemaluannya terasa terbenam memenuhi kemaluanqu. Aqu menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial, kemaluanqu yg sudah basah ketika aqu masturbasi tadi malah memudahkan gagang itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, jika tak mungkin kemaluanqu bisa lecet karena ada benda yg memaksa masuk, tapi berkat cairan yg sebelomnya memang udah membanjiri kemaluanqu membuat kemaluan Mukidi yg besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang kemaluanqu perlahan. ’emmmh bu Diana, kemaluan bu Diana enak banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaqu ketika kemaluannya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku

‘Ya ampuuun panjang banget kemaluan laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. Aqu berharap kemaluan itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih karena jujur aja belom pernah ada benda sebesar itu masuk ke kemaluanqu. Ketika gagangan itu amblas, aqu terdiam, antara bingung, taqut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk dikepalaqu… aqu benar benar terdiam, tak bergerak. Aqu pasrah, tak mengeluarkan sepatah katapun, tak kusangka khyalanku bercinta di kamar mandi sekolah, dan disebadani dari belakang kesampean juga, tetapi bedanya bukan dgn pak Lukman dan aqu tak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki laki yg sedang mendesah desah dibelakangku, yg sedang membenamkan gagangannya di lubang surgaqu yg berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yg harus kuterima, Mukidi sedang menikmati kemaluanqu, menikmati memompa kemaluannya keluar masuk di lubang kemaluanku. ‘oooh bu Diana…ohhh enaknya’, desah Mukidi ga karuan berkali kali ’emmmh’, aqu mendesis kecil, walau aqu tak suka tapi tiba-tiba aqu merasakan rasa nikmat walau tersamar oleh rasa taqutku. Mukidi terus mengocok kemaluannya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang kemaluanqu. Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yg kekar di dinding kamar mandi. ‘oooh ya ampppuuun kemaluannya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Ketika aqu mulai tenang, aqu menyadari kalau kemaluan Mukidi memang besar dan keras sekali, gesekan dan tusukan kemaluannya begitu mantap memenuhi lubang kemaluanqu. Terasa banget ada benda yg mengganjal selangkangku, mulai menebarkan rasa nikmat yg menjalar diseluruh badanku. Diam diam aqu mulai menikmati diperkosa lelaki ini, tiap kali dia menggerakkan gagang kemaluannya, darahku berdesir, sungguh luar biasa nikmat yg kudapat.

Ketika dia menancapkan kemaluannya kembali ke dalam liangku, aqu mendesis pelan, kucoba tak mengeluarkan suara, aqu terlalu sombong untuk mengaqui kalau gagangan itu sungguh memberikan kenikmatan padaqu, tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku. ‘mmmh mmmmh’, desisku pelan. ‘enakkan bu?, katanya tiba tiba. Ternyata dia mengetahui kalau aqu mulai menikmati tusukan kemaluannya. Aqu terdiam malu, tak berani berkomentar, kalau kubilang tak atau memaki makinya, dia pasti tahu aqu bohong karena kemaluanqu sudah mengeluarkan banyak cairan yg menandakan aqu juga terangsang dan menikmati enjotan kemaluannya. Aqu menundukkan kepalaqu dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yg mengecup pipi kananku. ‘Tunggingin dikit bu Diana’, katanya sambil menarik bokongku keatas. ‘Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku menungging’, umpatku dalam hati. Tapi aqu tak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aqu ikuti saja kemauannya dgn menunggingkan sedikit bokongku. ’emmh bokong bu Diana memang montok banget, ga salah apa yg aqu khayalin selama ini’, katanya sambil meremas remas bokongku gemas. ‘Gila, ternyata aqu sudah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati. Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan kemaluannya kembali. ’emmh pak pelan’, kataqu ketika kurasakan penetrasi kemaluannya terasa lebih dalam dari sebelomnya,mungkin karena aqu menunggingkan bokongku sehingga posisi kemaluanqu benar- benar bebas hambatan. Mukidi tak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aqu mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku, ’emmh emmmh’, desisku pelan merasakan gesekan gagangannya di lubang kemaluanqu. Melihat badanku yg terdorong dorong kedepan, Mukidi sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aqu dapat menahan tekanan badannya, dgn kedua tanganku bertopang pada tembok. ’emmmh gila seret banget’, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yg bulat padat sambil tak berhenti mengocok kemaluannya. ‘ooh bu oooh’, Mukidi semakin keras mendesah, aqu jadi taqut kalau-kalau ada orang yg mendengar desahannya itu. “pak Mukidi..ja..jangan berisik pak..”, kataqu memohon taqut desahannya didengar orang. ‘I..i..iya bu emhh abis enak banget’, katanya pelan dgn nafas menderu. Kocokan kemaluannya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan belahan bokongku.

dan kurasakan satu jarinya membelai duburku. Kontan aja aqu menggeliat, bokongku bergoyg ke kanan ke kiri karena kegelian. ‘oooh pak Mukidi..oooh’, aqu bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku, rasa nikmat yg tercipta dari kocokan kemaluan Mukidi ditambai gesekan jarinya yg membelai duburku seperti racikan yg pas membuat aqu lupa diri, dan membuatku tak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aqu mulai benar benar menikmati semua ini, badanku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh badanku. ‘oooh ahhh’, aqu semankin menggila desahanku bertambah keras saja, Mukidi bukan saja hanya membelai duburku dgn jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke duburku dan menusuk nusuk jarinya ke duburku, refleks bokongku semakin kutungingin, tiap kali dia menarik kemaluannya dia membalasnya dgn menusukkan jarinya ke duburku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melaqukan anal sex dgn pak Mukidi, seperti yg dulu pernah kulaquan dgn pacarku. Mukidi semakin mengerang tak karuan, tak kuhiraukan lagi apa yg dikatakan Mukidi, rasanya aqu sudah mau klimaks. ‘saya mau keluar..ahh bu Diana’, kudengar samar samar erangannya, tetapi tak kupedulikan karena aqu juga merasa sudah mau klimaks. ‘ooh emmmh oooh’ desahku lebih keras, kurapatkan badanku kedinding, Mukidi mengikuti badanku dan menekan keras keras kemaluannya kedalam kemaluanqu, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas didalam duburku ‘ahhhh setaaan kau parmaaaaan’, lirihku panjang, aqu klimaks, aqu tak dapat menahannya, sungguh luar biasa aqu bisa klimaks ketika diperkosa.

Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan kemaluan Mukidi memenuhi liangku, tetapi tak kurasakan lagi jari Mukidi di duburku, kedua tangannya memegang bokongku dan memompa kemaluannya dgn ganas. ‘oooh bu Diana oooh’, tiba tiba Mukidi mengerang keras dan menekan badanku keras, aqu kaget menyadari dia mau klimaks, tapi terlambat, diringi erangannya, kemaluan Mukidi sudah menyemburkan sperma hangat menyirahi rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan kemaluannya dalam-dalam membuat badanku terdorong ke tembok. ‘ooooh emmmh’, entah kenapa aqu ikut menikmati sensasi ketika Mukidi klimaks di liangku, denyutan-denyutan kecil gagang kemaluannya terasa di sinding lubang kemaluanqu ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku. ‘Ahhh apa yg kulaqukan? Mukidi klimaks di kemaluanqu’, pekikku dalam hati. Aqu tersadar kembali, kurapatkan badanku kedinding dan menarik nafasku, aqu teringat kalau aqu memang sudah mau haid, aqu hanya bisa berharap spermanya tak membuahi telur dirahimku. ‘ahh bu Diana emmh’, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dgn mata melotot. Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kemaluannya yg masih dilumuri cairan kemaluanqu. ‘Cepat keluar pak’, kataqu dgn suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Mukidi tanpa berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu kamar mandi.

Aqu langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Mukidi yg mengalir keluar, ‘gila..banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati. Aqu mengenakan celana dalam dan merapikan baju yg kukenakan. Aqu mengendap endap keluar kamar mandi dgn hati berdebar, taqut ada orang yg mengetahui apa yg terjadi tadi di kamar mandi. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dgn hati berdebar aqu memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belom pulang mereka lagi sibuk dgn urusan masing masing. Aqu sedikit bernafas lega walau perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu aqu pulang kerumah dgn perasaan yg tak menentu antara malu, takjub dan taqut. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts