Nara Pembantu Bahenol | cerita sex hot

Cerita Sex Hot | Sebelumnya saya mau memperkenalkan diri, namaku Riyo umurku saat ini 27 tahun, aku sudah
mempunyai seorang istri dan seorang anak laki-laki yang gantengnya sama kayak aku. Aku
sendiri memilki perawakn tinggi, badan sixpack, dan cirri-ciri anakku dari kecil sudah
sangat terluhat jika nanti kalau dia dewasa pasti akan sama denganku waktu dewasa.

Meskipun umurku masih dibilang muda, namun aku sudah mempunyai usaha yang sudah besar dan
aku juga sudah mempunyai kariawan. Kehidupan keluargaku sampai saat ini berjalan
haromonis, hingga kelahiran anak pertamu tadi membuatku menjadi tidak terurus karena
istriku diminta oleh orangtuanya karena alasan anak perempuanya masih perlu banyak belajar
mengurus bayi.
Sejak saat itulah kehidupanku tak terurus lagi. Aku sering gak sarapan pagi meskipun sudah
disiapkan oleh seorang pembantuku karena aku tak nafsu makan. Ohh ya dirumahku ada satu
pembantu muda yang menurutku perawakannya sama persis gadis-gadis Abg bandung yang
cantik-cantik dan seksi-seksi. Namanya Nara, berasal dari desa namun memiliki tubuh
seperti gadis kota. Dengan tinggi sekitar 165cm dengan kulit putih bersih dan juga tubuh
yang bahenol. Pantatnya juga sangat menggoda sekali untuk kaum laki-laki.
Karena seringnya istriku jarang pulang sehingga aku lebih sering tinggal bersama
pembantuku, segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku, mulai dari
menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor dan segala-galanya disiapkan
olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa membantu yaitu tentang urusan seks. Memang untuk
urusan yang satu itu jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang dan aku
melakukannya sampai sama-sama puas, tapi bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang atau
dia lagi kedatangan “tamu” bulanannya? Itulah yang menjadi kendala bagiku, lagi-lagi aku
harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil menonton VCD porno atau membaca buku porno,
sambil mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras, tak terasa lama-lama aku jadi
mengocoknya sampai akhirnya.. “Cret.. cret..” air maniku keluar.
Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata istriku tidak bisa pulang,
karena hari itu dia benar-benar capek sekali habis pulang kantor. Dan kalau begini
urusannya pasti harus beronani ria lagi deh, maka cepat-cepat aku memutar film porno yang
baru kupinjam dari temanku di kantor. Sambil menonton aku memainkan batang kemaluanku yang
sudah menegang, tapi sampai tanganku pegal aku belum orgasme juga, maka aku pindah ke
kamar tidurku dan melepaskan semua pakaian yang melekat di badanku hingga aku benar-benar
polos alias bugil.
Aku tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya pembantuku itu
rupanya dari tadi mengintipi aku. Memang biasanya kalau aku sedang onani atau aku sedang
bermain bersama istriku, pembantuku kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga. Rupanya dia
jadi curiga, sedang apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipiku tanpa kusadari.
(Oh ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang agak cantik, pendidikannya
SMP, badannya langsing, rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih, (mirip seperti artis
siapa ya..) tingginya sama seperti istriku, umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas
sepertinya dia tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali ya.
Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan, karena dia pernah dikawinkan
oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah berumur sekitar 55 tahun dan baru kawin 5 hari
dia kabur dari rumah suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering
meminta yang tidak-tidak, dia bercerita kepada istriku. Istriku malah menanyakan lagi yang
tidak-tidak bagaimana sih maksudnya.

“Itu loh Bu (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh tahu-tahu pantat
saya ditusuk sama kontol suami saya, wah.. sakitnya bukan kepalang Bu, malah sehabis
digituin oleh suami saya jadi tidak bisa tahan lagi kalau saya sakit perut tau-tau
langsung berak aja, habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi, padahal kan
sudah ada tempatnya Bu, eh malah cari-cari lubang yang lain, ini aja juga lubang memek
saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja, padahal kan saya juga sudah kasih tau ke
suami saya masukinnya di lubang memek aja Mas, jangan di pantat soalnya sakit sekali Mas
dan saya jadi tidak bisa nahan berak, tapi dia masih aja nusuknya di lubang pantat, coba
aja Ibu bayangin selama 5 hari pantat saya ditusukin terus, dari pada digituin seNarap
hari mendingan saya kabur aja ke Jakarta.”

Aku tahu itu karena aku sering “nguping” pembicaraan istriku dengan pembantuku yang cantik
itu. Aku baru sadar kalau pembantuku itu “ngintipi” aku, ketika dia ngintip rupanya dia
sambil masturbasi juga, baju roknya diangkat ke atas tanpa pakai celana dalam, jari tangan
kanannya dimasukkan ke dalam liang kemaluannya, matanya sambil merem-melek dan tanpa
disengaja rupanya dia telah mendorong pintu kamarku yang memang tidak tertutup rapat, aku
kaget setengah mati karena tahu-tahu dia sudah berdiri di depan kamar sambil masturbasi
dan dia juga tidak kalah kagetnya karena ketahuan mengintipku, maka dia langsung bilang,
“Maaf ya Pak tadi saya tidak sengaja menyentuh pintu kamar Bapak, saya lagi mau nyapuin
lantai.”
Memang sih di sebelah dia ada sapu lantai, aku langsung saja jawab, “Itu tangan kanan kamu
kenapa pegangin memek terus, emangnya takut hilang?” rupanya dia tidak sadar bahwa baju
roknya masih terangkat ke atas dan tanpa celana dalam sehingga dengan jelas aku dapat
memandangi kemaluannya yang indah disertai bulu-bulu halus yang baru mulai tumbuh. “Eh..
anu.. Pak, tidak apa-apa,” jawabnya, dan buru-buru ia menutupi dengan baju roknya dan aku
pun dengan gerakan refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang.
“Nara sini deh bisa tolong pijitin saya, badan saya pada sakit nih,” kataku sambil pura-
pura mengalihkan pembicaraan.
Sambil ragu-ragu akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang. “Ayo Nara pijitin
dong! jangan diam saja,” dan akhirnya dia pun mau memijiti badanku. Setelah beberapa lama
dia pun bertanya kepadaku.

“Pak, tadi Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?”
“Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat,” jawabku seenaknya.
“Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?”
“Sembarangan, emangnya kamu kamu coba,” kataku lagi, “Laah kamu sendiri ngapain, lagi
nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?”
“Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..”
Coba sini saya periksa, jangan-jangan kamu terkena penyakit lagi.

“Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga
lagi ngapain, kok telanjang sendirian?”
“Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih.”
“Ibu nggak datang ya Pak?””Tidak, Ibu kecapean kali. Habis di kantornya lagi banyak
kerjaan.”
“Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?”
“Ia sini garukin saya, tapi pelan-pelan ya.”
“Tenang saja Pak kalau soal garuk-menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah
diajari oleh bekas suami saya.”

Tanpa buang waktu lebih lama dia langsung mengusap-usap batang kemaluanku yang dari tadi
sudah berdiri tegak, dan tanpa disuruh dia juga langsung menciumi batang kemaluanku serta
menjilatinya persis seperti anak kecil dibelikan es krim.
“Eh Nara, (SeNarawati nama pembantuku) kamu kok pintar banget sih, belajar dari mana?”
“Maaf ya Pak, saya sering ngintip Bapak waktu lagi nonton film porno, jadi saya sudah tau
caranya, cuma saya masih ragu apakah Bapak mau berbuat begitu sama saya, soalnya saya kan
cuma pembantu.”

“Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja.”
“Iya Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu suami saya ya,
nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau
saya dikeluarin bagaimana, saya mau tinggal di mana Pak.”

“Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu
kamu tidurnya di kamar kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya.”
“Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak.
“Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi.”

Memang sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau “gituin” dia kalau lagi tidak ada
istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu, jangan-jangan dia “ngaduin” macam-
macam ke istriku, wah.. bisa gawat tuh. Tapi tidak tahunya malah kebalikan dia malah suka,
kalau tahu dia suka, dari dulu saja, jadi tidak usah onani sendiri betul tidak teman-
teman? Soalnya aku terus terang saja paling tidak suka sama cewek-cewek WTS, soalnya
bukanya apa-apa, penyakitnya itu yang paling repot dan juga bayarannya yang mahal.
Ya, paling tidak kalau kita mau yang bersih, bayarannya yang “gope” ke atas kalau yang
“gope” ke bawah itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya, malah pernah temanku main yang
harga bookingannya Rp.350.000 katanya bersih tapi tidak tahunya tetap saja kena penyakit.
Daripada buang-buang duit dan cari penyakit buat cuma “ngecret” doang mendingan ngocok
sendiri. Memang sih waktu dulu aku masih kerja di PT.XX gajiku sangat berlimpah, aku cuma
kasih ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri. Dia memang tidak tahu kalau
gajiku dua kali lipatnya, belum tunjangan-tunjangan lainnya seperti uang makan, uang
transport, uang perbaikan mobil, uang kopi dan lain-lain, pokoknya yang dia tahu gajiku
cuma segitu, sudah mencangkup segala-galanya.
Itu saja dia juga masih bisa menyimpan setengahnya dari gaji yang kuberikan seNarap
bulannya. Wah kalau dipikir-pikir waktu dulu aku benar-benar “happy” banget deh, hampir
Narap minggu aku “main” dengan cewek dengan tarif yang high class. Kalau dihitung-hitung
sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk “ngecret” doang. Sambil terus
melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Nara pembantuku. Tiba-tiba dia
berkata.
“Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan ya..”
“Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks..”
“Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih..”
“Eh, Nara ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..?
“Ya.. saya main sendiri Pak, kadang-kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat
main sendiri..”

“Wah.. berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?”
“Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu
biasanya ketimunnya bonyok Pak..”
“Tapi pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang timunnya hancur
gara-gara tas plastik bawaan kamu putus hayyoo..”

“Iya deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat Pak, jadi saya
pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi ke pasar untuk beli ketimun eh..
sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti
ada lalapannya. Tapi tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..”

“Tapi rasanya lain ya Naraa, saya juga sudah curiga..”
“Lain bagaimana Pak?”
“Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu..”
“Ah.. masa Pak, kalau begitu lain kali sebelum dimakan saya pakai dulu ya Pak, soalnya
sayang kan dari pada dibuang.”

“Ya lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi, kan kamu bisa bilang ke saya nanti saya
kasih ketimun saya yang lebih enak dan empuk.”
“Ia Pak, kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja, punyanya bekas suami
saya saja tidak segini besar Pak, wah.. pasti enak banget ya Pak kalau dimasukin ke memek
saya. Pak tangan Bapak jangan diam saja dong Pak, mainin memek saya dong, soalnya memek
saya juga sudah gatal Pak dari tadi.”

“Lah.. tadi saya mau garukin katanya kamu bisa garuk sendiri..”
“Ya kan tangan saya sudah sibuk garukin punya Bapak, jadi saya tidak sempat Pak..”
“Ya sudah kamu naik dong ke ranjang saya dan baju kamu juga dicopot semuanya, saya saja
sudah telanjang kok kamu masih pakai baju..”
“Iya Pak..”
“Nara, kalau begitu kita main 69 aja ya, supaya bisa sama-sama saling jilatin..”

“Aaahh.. Enak banget Pak.. terus Pak.. achh.. ohh.. ahh.. Pak kita masukin aja yuk Pak,
saya sudah tidak tahan nih.. Kayaknya saya sudah mau keluar.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin
ajaa.. saya sudah tidak tahan niihh..”

Tapi aku masih terus tahan tidak mau langsung dimasukin dulu, aku mau bikin dia gila dan
ketagihan, aku masih terus menjilati serta mengisap klitorisnya yang bikin dia tergila-
gila.

“Aaahh.. haayoo Pakk masukin ajaa.. saya sudahh nggak tahaan niihh.. Aaahh.. haayyoo Pakk
masukin ajaa..”

Tanpa buang waktu dan disuruh lagi, dia langsung membalikkan badan dan dia naik di atas
badanku serta dimasukannya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya yang sudah basah
akibat lendir kenikmatan.

“Aaahh.. haayoo Pakk masukin biar dalam Pak! terus Paakk dorong Pak dari bawah ini musti
masuk semua ke dalam memek saya Paakk jangaan disisain Pakk..”

Sambil terus menggoyangkan pantatnya dia berusaha memasukkan batang kemaluanku yang besar
dan panjang ini. Aku tidak tinggal diam, aku berusaha mendorongnya kuat-kuat batang
kemaluanku ke dalam liang kemaluannya tapi rasanya sudah tidak bisa masuk lagi karena
sudah mentok, karena batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan diameternya 4 cm sedangkan
lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma sekitar 16-17 cm jadi tidak bisa masuk
semuanya.
“Pak.. sekarang ganNaran dong saya yang di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih
bervariasi gitu..” sambil batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku
merubah posisi yang tadinya aku di bawah sekarang aku di atas sehingga aku lebih leluasa
memandangi tubuhnya yang mulus tanpa dibungkus sehelai benang pun yang baru pertama kali
aku melihatnya. Memang payudaranya tidak sebasar milik istriku tapi aku justru lebih
bergairah melihat payudara yang baru tumbuh dengan puting susunya yang masih kemerah-
merahan.
“Ayo dong Pak.. dorong yang kencang, jangan ngelamun terus, ayoo aahh saayaa sudah nggaak
tahaan niihh aahh.. sshh.. aahh sayaa sudah mau keluar nihh.. ini Pak, susu saya juga
diisepin dong..”
Memang dari tadi aku lebih banyak pasif dari pada aktifnya sehingga dia lebih banyak
protesnya maka aku pun langsung mengisap puting susunya yang sebelah kanan dan yang
selelah kiri kumainkan dengan tanganku. Sementara untuk yang bagian bawah itu urusan
kemaluanku.

“Ssshh.. aahh.. enak ya Nara, lubang kamu masih sempit walaupun sudah banyak lendirnya..”
“Iyaa.. terruuss Paakk dorong lagi yang kencang, aahh.. sshh.. sayaa sudah enggak taahan
nih..”

Tiba-tiba aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya.

“Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak.. cepat Paakk!”
“Tunggu Nara, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..”
“Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarr..”
Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang
kemaluannya, tiba-tiba..
“Acch..”

Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas.

“Aaahh.. aahh.. saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaarr aahh.. sshh.. wah eenaak
sekali Pak, aachh.. aahh tapi Bapak belum keluar ya?”
“Iya saya juga sebentar lagi.. makanya saya pakai kondom supaya saya bisa keluarin di
dalam. Nara sekarang kamu nungging ya, saya mau masukin dari belakang..”
“Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit.”
“Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantat, saya masukinnya di memek kamu tapi kamu
nungging ya..”
“Begini Pak..”
“Iya..”

Ternyata dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa
gesekannya. Dan akhirnya aku pun mengakhiri permainanku karena aku pun sudah orgasme.

“Aahh.. Terima kasih Nara kamu sudah membantu saya..”
“Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya
Pak.”
“Iya dan hobi kita juga sama ya Nara, suka mencari kenikmatan dengan berseks ria.”
“Iya Pak, saya juga capai sekali Pak..”

“Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur.”
“Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak, saya kedinginan nih..”
“Iya deh.. Oh ya Nara, bagaimana kalau besok kita ke klinik..”
“Emangnya mau apa Pak, gatal saya sudah sembuh kok Pak.”

“Bukan maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai kondom terus,
kan kamu juga tidak enak kalau ada plastiknya, nanti kalau ditanya sama dokternya bilang
aja kamu istri saya dan kamu tidak mau hamil dulu karena kamu masih sekolah.”
“Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak.”

Dan sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Nara yang selalu menemaniku
tidur. Tapi sayang Lebaran nanti dia mau pulang kampung untuk menengok orang tuanya, dan
dia berjanji akan kembali ke Jakarta, tapi aku ragu apakah dia diperbolehkan kembali ke
Jakarta oleh orang tuanya? Kita lihat saja nanti, yang pasti dalam beberapa minggu aku
pasti kesepian lagi,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts